KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
percobaan yang berjudul “Pembuatan Koloid Mayones.”
Adapun penulisan laporan percobaan
ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembuatan
manyonaise dan mengetahui kandungan gizi mayonaise dan bahayanya. Juga untuk
mengetahui sifat koloid yang terdapat pada mayones tersebut.
Dalam
penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena kemampuan kami
semata-mata. Namun karena adannya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait.
Sehubungan
dengan hal tersebut, perlu kiranya kami dengan ketulusan hati mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Kuswati yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
laporan percobaan ini.
Dalam
menyusun laporan ini, kami menyadari pengetahuan dan pengalaman kami masih
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat.
Serta
akhir kata kami ucapkan, terimakasih.
Bandung,
Februari 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................1
DAFTAR ISI ................................................................2
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ................................................................3
1.2
Tujuan Penelitian ................................................................4
1.3
Manfaat Penelitian ................................................................4
1.4
Pelaksanaan Percobaan ................................................................5
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori ................................................................6
BAB
3 METODE PERCOBAAN
3.1
Percobaan
3.1.1 Alat dan
Bahan ...............................................................13
3.1.2 Cara Kerja ...............................................................13
3.1.3 Hasil Pengamatan ...............................................................15
BAB
4 PENUTUP
4.1
Kesimpulan ...............................................................19
4.2
Saran ...............................................................19
4.3
Dokumentasi ...............................................................20
DAFTARPUSTAKA ...............................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid
baik dalam bentuk produk-produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa
dijumpai. Seperti produk sabun, dan produk aerosol atau yang sering kali kita
lihat seperi udara yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta
perlakuan melalui praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan
di bahas mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem
koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu
karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan
koloid.
Koloid
merupakan Partikel menengah dalam ukuran antara yang ditemukan dalam larutan
dan suspensi dapat dicampur sedemikian rupa sehingga mereka tetap merata tanpa
menetap keluar. Partikel ini berbagai ukuran dari 10-8 sampai
10-6 m ukuran dan diistilahkan partikel koloid atau koloid.
Campuran mereka membentuk disebut dispersi koloid. Suatu dispersi koloid
terdiri dari koloid dalam media penyebaran. Contoh dari koloid adalah
mayonaise. Mayonaise merupakan salah satu contoh produk proses emulsi yang
banyak dimanfaatkan dalam jenis makanan kita. Emulsi merupakan suatu
terdispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain yang
molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik.
Pada suatu emulsi terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang
terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak. Kedua disebut media
pendispersi yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air.
Mayonaise atau mayonais (mayonaise) adalah salah satu jenis saus yang
dibuat dari bahan utama minyak nabati, telur ayam dan cuka.
Mayonaise umumnya digunakan sebagai perasa pada makanan seperti selada
atau sandwich. Mayonaise ada yang hanya menggunakan kuning telur saja atau
menggunakan sari buah lemon atau mustard sebagai perasa.
Mayonaise
merupakan emulsi minyak nabati dalam asam yang distabilkan
oleh lesitin (semacam lemak) dari kuning telur. Rasa minyak nabati dalam
mayonaise tidak terasa meskipun mayonaise terbuat dari sebagian besar minyak
nabati. Hal ini dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh mikromolekul
dari larutan asam. Prinsipnya bukan mengemulsikan sejumlah larutan
asam ke dalam minyak yang banyak melainkan mengemulsikan sejumlah besar
minyak dalam sebagian kecil larutan asam.
Di
Amerika Utara, mayonaise digunakan sebagai olesan sandwich, saus untuk
french fries di Eropa (terutama di Belanda, Belgia, Luxemburg dan telah meluas
ke Inggris, Perancis, sebagian Kanada dan Australia). Di Perancis mayonaise
digunakan sebagai saus makan telur rebus atau hidangan ayam dingin, sedangkan
di Jepang digunakan sebagai saus berbagai macam makanan seperti okonomiyaki,
yakisoba, takoyaki, ebi furai dan pizza.Mayonaise adalah salah satu saus dalam
masakan Perancis, sehingga mayonaise dapat dijadikan berbagai bahan dasar untuk
membuat beraneka ragam saus dingin dandressing.Oleh karena kegunaan
mayonaise yang telah meluas di berbagai negara termasuk di Indonesia maka
penyusun memandang perlunya dilakukan suatu pembahasan yang mendalam mengenai
mayonaise.
1.2 TUJUAN
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Ø Mengetahui sejarah pembuatan mayonaise
Ø Mendeskripsikan proses pembuatan
manyonaise
Ø Mengetahui kandungan gizi mayonaise dan
bahayanya
Ø Mendeskripsikan proses pengolahan limbah
mayonaise
1.3 MANFAAT
PERCOBAAN
Penulis
harapkan penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan penyusun pada khususnya
dan menambah pengetahuan bagi pembaca secara umum. Selain itu makalah ini
diharapkan dapat menjadi referensi bagi penulisan makalah selanjutnya dan
semoga menjadi awal baik bagi penulis kelak.
1.4 PELAKSANAAN
PERCOBAAN
a. Hari : Minggu
b. Tanggal : 24 Februari 2012
c. Waktu : 10.00
d. Tempat : Lembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
Pengertian
Koloid
Thomas Graham (1805-1809), dalam penyelidikannya mengenai
difusi larutan melalui membran telah membedakan koloid dengan kristaloid. Dari
pengamatannya ternyata partikel zat dalam larutan ada
yang berfungsi cepat dan lambat. Zat-zat yang mudah terdifusi umumnya membentuk
kristal dalam keadaan padat, sehingga ia menyebutnya kristaloid. Contohnya NaCl
dalam air. Istilah ini tidak populer karena ada zat yang bukan kristal tetapi
mudah berdifusi misalnya HCl dan HNO3. Sedangkan zat-zat yang sukar
berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur dinamakan koloid. (Bahasa Yunani
kolla = perekat)
Menurut Graham kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi
oleh massa partikelnya. Makin besar massa partikel makin kecil kecepatan
difusinya. Ada hubungan antara massa dan ukuran partikel. Bila massa partikel
besar berarti ukurannya besar, demikian sebaliknya.
Salah satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid
adalah ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Kristarloid
(larutan sejati)
Diameter
partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2. Koloid
Diameter
partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3. Suspensi
Diameter
partikelnya lebih besar dari 100 nm
Ukuran
partikel larutan sangat kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop, dan
dapat melalui kertas saring maupun membran. Partikel koloid ukurannya terletak
antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil nutuk menembus kertas
saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra.
Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Perbedaan
antara larutan, koloid dan suspensi
No.
Jenis Perbedaan
Larutan (kristaloid)
Koloid
Suspensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
- Biasa
- Membran
- Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
- Gaya gravitasi
- Sentifuge
Contoh:
< 1 nm
Satu fasa
Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak
Tidak
Tidak
Larutan garam
1 nm – 100 nm
Dua fasa
Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Tinta
> 100 nm
Dua fasa
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Lumpur
(Estien
Yazid, 2005)
Pentingnya
Kimia Koloid
Karena
kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu
berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan
hidup bersifat koloid. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk
kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang
dikatakan sebagai tanah yang bisa dicamgkul terdiri dari bagian-bagian yang
bersifat koloid; oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia
loloid pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat,
keramika, plastik, tekstil, kertas dan film foto, mentega, keju dan makanan
lain, dan sejumlah besar produk lainnya. Proses seperti memutihkan,
menghilangkan bau, menyamar, mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan
galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan materi koloid dan karena itu
berkepentingan dengan kimia koloid.
Tipe
Sistem Koloid
Dalam
campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom ataupun ion
disebabkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid
dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu media sinambung, sehingga
dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones,
tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem
semacam ini, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan
materi kontinu dalam mana partikel ini tersebar disebut zat pendispersi atau.
(Keenan, 1984)
Tabel
klasifikasi sistem koloid
Jenis sistem
Fase Terdispersi (berukuran koloid)
Fase Pendispersi
Contoh
Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat
Padat
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Busa sabun
Polistirena, foam spons
Spray serangga
Susu, kecap
Margarin
Debu, asap
Pasta gigi, suspensi tanah liat
Gelas bewarna
(Tony
Bird, 1987)
Penggolongan
Koloid
Koloid
dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya,
interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
a.
Bentuk partikel
Dari
segi bentuk partikel koloid dapat berupa:
- Lembaran (laminar)
- Serat (fibrilar)
- Butiran (korpuskular)
b.
Cara pembentukannya
Berdasarkan
cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi
dan koloid makromolekul.
1. Koloid
dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi)
partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fase pendispersi) dengan
membentuk agregat-agregat molekul atau atom yang sangat banyak. Contohnya:
dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2. Koloid
asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul
kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat
molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun dan detergen.
3. Koloid
makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat
besar (makromolekul). Contoh: protein dan polimer tinggi seperti karet dan
plastik.
c.
Interaksi dengan medium
1. Koloid
Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2. Koloid
Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderung memisah (tak stabil).
d.
Perubahan bentuk
1. Koloid
reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula
sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2. Koloid
irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak
dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid,
2005)
Sifat-sifat
Koloid
Koloid
mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Sifat Fisika
Sifat-sifat
fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan
medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi.
Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih
besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2.
Sifat Koligatif
Suatu
koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah
partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau
jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk
menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3.
Sifat Optis
Pada
tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada
larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas
cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak
kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4.
Sifat Kinetik
Selain
menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop
ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak
dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel
zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena gerakan Brown.
Partikel-partikel
koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi.
Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel
tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
5.
Sifat Listrik
Permukaan
partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan
listrik ini disebut elektroforesis.
6.
Koagulasi
Suatu
koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi
bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang
akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel
koloid ini disebut koagulasi.
7.
Adsorpsi
Partikel
koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat
pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut
absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa
padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. (Yazid, 2005)
Beberapa
Macam Koloid
1.
Sol
Sol
adalah dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol
dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Sol liofil
Pada
sel liofil partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut).
Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil.
b.
Sol liofob
Pada
sel liofob partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka
pelarut). Jika pelarutnya air disebut hidrofob.
Pembuatan
sol
-
Cara dispersi
Dilakukan
dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi)
menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
-
Cara kondensasi
Pembuatan
koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar
berukuran koloid.
-
Pertukaran pelarut
Suatu
koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan.
Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang
ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
-
Pendinginan berlebih
Suatu
campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah
satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.
2.
Emulsi
Emulsi
adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan
cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka
harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.
Pembuatan
emulsi
Cara
sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan
emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya
secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers
dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan
dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah
sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
3.
Gel
Gel
adalah sol liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek
elastis dan non elastis.
-
Gel elastis (kenyal)
Gel
ini setelah dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel
dengan penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor
panas. Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
-
Gel non elastis (tak kenyal)
Setelah
didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan
air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan
mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.
Pemurnian
Koloid
1.
Dialisis
Dialisis
adalah proses pemurnian atau penyaringan koloid dari ion-ion penggangu dengan
menggunakan membran yang bersifat selektif.
2.
Elektrodialisis
Elektrolisis
adalah proses pemurnian koloid dengan memaksa ion-ion pengganggu melewati
pori-pori semipermeabel dengan bantuan medan listrik.
3.
Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi
adalah pemurnian koloid dengan menyaring koloid menggunakan penyaring khusus
dari membran. Untuk mempercepat proses penyaringan biasanya digunakan tekanan
(pompa vakum). Pompa vakum digunakan untuk mempercepat suatu proses penyaringan
koloid yang susah disaring dengan penyaring biasa atau memerlukan waktu yang
lama jika dengan menggunakan penyaring biasa, misalnya suatu koloid berbentuk
gel. (Yazid, 2005)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 PERCOBAAN
3.1.1 ALAT
DAN BAHAN
1.
Kuning telur 2 buah
2.
Minyak sayur/kedelai 1 Liter
3.
Jus lemon 5 sdm
4.
Garam 1 sdt
5.
Wadah 2 buah
6.
Pengkocok telur 1 buah
3.1.2 CARA
KERJA
1.
Kuning telur, jus lemon, dan garam diaduk
dengan cepat selama 3-5 menit. Campuran tidak boleh dikocok dan hanya boleh
diaduk. Proses pengocokan hanya akan memungkinkan masuknya udara ke dalam
campuran sehingga mayonaise akan pecah.
2.
Tambahkan minyak sayur sedikit demi
sedikit pada campuran sambil diaduk.
3.
Jika ingin menambahkan bahan lain sebagai
perasa, masukkan dalam bentuk bubuk, jangan cairan.
Cairan menurunkan volume mayonaise, mayonaise akan mengempis. Banyak
orang melakukan kesalahan ini yaitu menambahkan kocokan putih telur di akhir
proses. Hal ini akan mengakibatkan mayonaise mengempis. Jika telah selesai
menambahkan bahan-bahan bubuk, diamkan mayonaise agar terbentuk emulsi
sempurna. Tutup mayonaise dan simpan di lemari es.
Pada produk mayonaise bagian yang
terdispersi adalah minyak nabati, bagian yang mendispersi (media pendispersi)
asam cuka atau lemon juice, dan bagian emulsifiernya adalah kuning telur.
Kuning telur merupakan emulsifier yang sangat kuat (terdapat sejenis bahan yang
memiliki tingkat kesukaan terhadap air dan minyak sekaligus). Satu ujung
molekul tersebut suka air dan ujung yang lainnya suka minyak. Oleh karenanya
bahan itu dapat dijadikan jembatan untuk mencampurkan antara bahan lemak dan
bahan air. Sifat seperti itu sangat dibutuhkan dalam pengolahan berbagai jenis
makanan, seperti dalam pembuatan biskuit, cake, kue, mayonaise, dan sebagainya.
Pada dasarnya paling sedikit sepertiga
kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier yang
kuat adalah kandungan lesitinnya yang terdapat dalam bentuk kompleks sebagai
lesitin-protein. Lecithin adalah istilah umum pada setiap kelompok warna
kecoklatan dan zat-kuning lemak yang terdapat pada hewan dan jaringan tumbuhan,
serta kuning telur yang terdiri dari asam fosfat, kolin, asam lemak, gliserol,
glycolipids, trigliserida, dan fosfolipid (misalnya, fosfatidilkolin,
phosphatidylethanolamine, dan phosphatidylinositol). Fosfatidilkolin
merupakan jenis fosfolipid di lesitin. Fosfolipid termasuk dalam kelompok
lemak/lipid yang komponen utamanya membrane sel karena fosfolipid dapat
membentuk bilayers lipid. Kebanyakan fosfolipid terdiri dari diglycerid, gugus
fosfat, dan molekul organik sederhana seperti kolin, kecuali sphingomyelin yang
merupakan turunan dari sphingosine bukan dari gliserol. Identifikasi fosfolipid
pertamakali yaitu lesitin, atau fosfatidilkolin dalam kuning telur.
Mekanisme lesitin dapat menyatukan minyak
(lemak) dan air (asam cuka/lemn juice pada pembuatan mayonaise) adalah
fosfolipid yang merupakan pembentuk lesitin terdiri dari bagian yang polar
(air) dan bagian yang non polar (minyak/lemak). Bagian kepala fosfolipid
merupakan bagian yang hidrofilik (tertarik pada air) dan bagian ekor yaitu
tertarik pada hidrofobik (tidak suka dengan air/menjauhi air dan lebih terikat
pada minyak/lemak). Kepala hidrofilik berisi gugus fosfat bermuatan negative,
yang kemungkinan juga terdiri dari kelompok/jenis polar yang lainnya. Ekornya
yang bersifat hidrofobik terdiri dari asam lemak rantai hidrokarbon. Ketika
berada pada kondisi di dalam air fosfolipid tersebut membentuk berbagai
struktur tergantung pada sifat spesifiknya dan dalam hal pembuatan mayonaise
fosfolipid tersebut membentuk/berperan sebagai emulsifier dimana yang berperan
dalam menyatukan antara minyak nabati dan sam cuka/lemon juice yang merupakan
bahan utama pembuatan mayonaise menjadi suatu emulsi setengah padat yang
kompak/mantap atau sering disebut juga emulsi permanen. Emulsi permanen yang
dimaksud disini yaitu pada campuran tersebut antara minyak nabati dan asam
cuka/lemon juice yang dicampurkan tidak terpisah lagi, berbeda dengan emulsi
temporer yang terjadi pada french dressing yang selalu memisah antara minyak
dan air jika tidak dikocok, oleh karenanya pada penggunaan French
dressing ini harus segera digunakan sesaat setelah dilakukan
pengocokan karena pada saat pengocokan inilah minyak dan air dapat bersatu namun
jika tidak langsung digunakan maka akan cepat memisah. Hal ini berbeda dengan
mayonaise yang stabil dan tidak memisah lagi walaupun lama didiamkan/tidak
langsung digunakan.
Rahasia membuat mayonaise terletak pada
pemisahan bahan penyusunnya menjadi emulsi. Perbandingan yang tepat bahan-bahan
penyusunnya akan mempengaruhi hasil. Berapapun banyaknya telur dan larutan asam
dalam hal ini adalah jus lemon yang dikocok, keduanya akan memisah. Untuk
mengikatnya diperlukan lesitin dari kuning telur sebagai penstabil. Kuning
telur berfungsi melarutkan seperti deterjen yang melarutkan minyak dan jus
lemon.
Ada berbagai macam cara pembuatan
mayonaise. Mayonaise biasanya dibuat dari campuran minyak, kuning telur, cuka,
garam dapur dan mustard. Alat pengocok mayonaise bisa berupa handmixer,
food processor, blender, atau dikocok secara manual dengan memakai
pengocok telur atau garpu.
3.1.3 HASIL
PENGAMATAN
Fungsi dari bahan-bahan pembuat mayonaise:
1.
Minyak sayur. Minyak yang digunakan
sebaiknya bukanlah minyak goreng karena minyak sayur memiliki kadar lemak yang
rendah. Selain itu minyak sayur tak akan membeku jika dimasukan ke dalam
refrigator. Minyak sayur juga merupakan bahan utama yang akan bereaksi dengan
kuning telur untuk menciptakan emulsi. Untuk resep tradisional Prancis minyak
nabati yang digunakan adalah minyak zaitun.
2.
Kuning telur. Kuning telur berfungsi
sebagai emulgator larutan asam dengan minyak nabati. Bisa saja menggunakan
putih telur, tetapi diperlukan pengadukan yang sangat cepat jika menggunakan
putih telur.
3.
Cuka.
Cuka berfungsi sebagai pembunuh kuman pada telur dan
merupakan zat terdespersi dalam medium pendispersi minyak nabati
4.
Jus lemon. Jus lemon yang digunakan
sebaiknya jus lemon yang konsentrasinya tetap yaitu jus lemon yang ada di dalam
kemasan. Fungsi jus lemon sama seperti fungsi cuka, tetapi untuk jus lemon
memberikan rasa dan aroma yang khas.
5.
Garam. Berfungsi sebagai penyedap pada
mayonaise.
Mayonaise buatan sendiri mengandung kadar
lemak hingga 85%, sedangkan mayonaise produksi pabrik mengandung kadar lemak
sekitar 70-80%. Mayonaise rendah lemak mengandung tepung dan bahan pengisi lain
untuk meniru mayonaise yang asli.
Mayonaise dibuat dari kuning telur mentah
sehingga bisa menyebabkan sumber infeksi salmonela. Pastikan telur sudah dicuci
bersih dan gunakan telur yang masih segar jika ingin membuat mayonaise sendiri.
Mayonaise buatan sendiri hanya tahan beberapa hari di dalam lemari es.
Macam-macam mayonaise:
1.
Aioli: mayones dari minyak
zaitun yang dicampur bawang putih
2.
Saus tartar: mayones dengan asinan ketimun
dalam botol dan bawang bombay, tapi kadang-kadang juga ditambah capers, buah
zaitun dan lumatan telur rebus
3.
Russian dressing (Marie Rose sauce):
mayones dengan saus tomat, yogurt dan krim kental
4.
Saus Thousand Island: Russian
dressing dengan pickles dan rempah-rempah
5.
Fry
sauce: campuran mayones, rempah-rempah, saus tomat dan saus
berwarna merah yang lain (Tabasco atau Buffalo wing) sebagai
saus untuk french fries
6.
Mayonesa: mayones rasa lime, umum dijual
di Amerika Utara di toko bahan makanan Meksiko atau Spanyol
Kandungan Gizi di dalam
Mayonaise
Karena mayonaise terbuat dari bahan utama
jus lemon, kuning telur dan minyak nabati maka dapat dipastikan jika mayonaise
mengandung vitamin C, Vitamin A, kadar lemak yang tinggi, kolesterol, protein
yang tinggi dan asam amino yang penting bagi tubuh. Adapun kandungan utama alam
100 gram mayonaise adalah sebagai berikut:
Zat gizi
Jumlah
Kalori (kcal)
162 kkal
Protein
12,8 gr
Lemak
20 gr
Karbohidrat
0,7 gr
Vitamin A
900 SI
Vitamin C
0,50 g
Thiamin
0,10 mg
Bahaya Mayonaise
Hati-hatilah
dalam mengkonsumsi mayonaise. Karena selain kandung lemak yang cukup tinggi,
mayonaise juga mengandung kolesterol dalam jumlah yang lumayan banyak
dibandingkan bahan makanan lain. Kandungan kolesterol di dalam 100 gram
mayonaise adalah sekitar 424 mg. Padahal anjuran untuk mengkonsumsi kolesterol
kurang dari 300 mg perhari. Jadi, mengkonsumsi mayonaise sebaiknya tidak
terlalu banyak.
Secara umum produksi pengolahan
mayonaise tidaklah menimbulkan limbah yang cukup berbahaya seperti industri
pupuk, industri cat, industri tekstil, industri plastik atau industri lainnya.
Karena mayonaise hanya menggunakan bahan baku telur, minyak kelapa, dan asam,
limbah yang paling memungkinkan yang ditimbulkan dari produksi mayonaise adalah
cangkang telur, sedangkan untuk asam yang digunakan karena menggunakan asam
lemah dan tidak ada residu yang dihasilkan maka tidaklah berpengaruh sebagai
limbah buangan.
Cangkang telur yang dihasilkan dari
pengolahan industri mayonaise dengan sedikit kreatifitas dapat dimanfaat
sebagai hiasan seperti pot bunga, hiasan atau mozaik. Dibawah ini ditunjukan
beberapa gambar hasil pengolahan limbah mayonaise.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Mayonaise merupakan salah satu contoh
produk proses emulsi yang banyak dimanfaatkan dalam jenis makanan kita. Emulsi
merupakan suatu terdispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain
yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling
antagonistik. Pada suatu emulsi terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi
yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak. Kedua disebut
media pendispersi yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah
emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di
dalam air.
Mayonnaise adalah jenis bahan pangan
berupa emulsi setengah padat yang dibuat dari minyak nabati, cuka/lemon
juice, dan kuning telur. Mayonaise merupakan emulsi minyak dalam air dengan
kuning telur berfungsi sebagai emulsifier. pada produk mayonaise, bagian yang
terdispersi adalah minyak nabati bagian yang mendispersi (media pendispersi)
adalah asam cuka atau lemon juice dan bagian emulsifier adalah
kuning telur. Kuning telur merupakan emulsifier yang sangat kuat (terdapat
sejenis bahan yang memiliki tingkat kesukaan terhadap air dan minyak
sekaligus). Satu ujung molekul tersebut suka air dan ujung yang lain suka
minyak. Oleh karena itu bahan tersebut banyak dijadikan jembatan untuk
mencampurkan antara bahan lemak dan air dan sifat ini sangat dibutuhkan dalam pengolahan
makanan seperti mayonaise.
4.2 SARAN
Sebaiknya
konsumen mengurangi penggunaan mayonaise dalam makanannya karena kandungan
kolesterolnya yang tinggi. Selain itu konsumen juga harus berhati-hati dalam
memilih mayonaise yang akang digunakan. Lebih baik membuat mayonaise sendiri
agar lebih terjamin kualitasnya, walau daya simpannya singkat.
4.3 DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Bird,
Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Keenan,dkk.
1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Yazid,
Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja
Astawan, M. dan Mita W., 1991.Teknologi
pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta : Akademika Pressindo.
Dalam
penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena kemampuan kami
semata-mata. Namun karena adannya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait.
No.
|
Jenis Perbedaan
|
Larutan (kristaloid)
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
- Biasa
- Membran
- Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
- Gaya gravitasi
- Sentifuge
Contoh:
|
< 1 nm
Satu fasa
Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak
Tidak
Tidak
Larutan garam
|
1 nm – 100 nm
Dua fasa
Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Tinta
|
> 100 nm
Dua fasa
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Lumpur
|
Jenis sistem
|
Fase Terdispersi (berukuran koloid)
|
Fase Pendispersi
|
Contoh
|
Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
|
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat
Padat
|
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
|
Busa sabun
Polistirena, foam spons
Spray serangga
Susu, kecap
Margarin
Debu, asap
Pasta gigi, suspensi tanah liat
Gelas bewarna
|
Zat gizi
|
Jumlah
|
Kalori (kcal)
|
162 kkal
|
Protein
|
12,8 gr
|
Lemak
|
20 gr
|
Karbohidrat
|
0,7 gr
|
Vitamin A
|
900 SI
|
Vitamin C
|
0,50 g
|
Thiamin
|
0,10 mg
|
0 komentar:
Posting Komentar